Rabu, 03 Juni 2015

First City..
Of course Seoul.
Penerbangan promo Airasia yang kami dapatkan lebih murah untuk penerbangan Seoul daripada Busan. Tetapi kami akhirnya putuskan untuk berangkat dari Seoul dan pulang dari Busan. Hal tersebut mengurangi ongkos KTX yang menguras kantong.
Seoul itu kota tersibuk yang pernah saya datangi. At least sampai tulisan ini dibuat, karena belum banyak kota yang saya kunjungi di dunia ini. ^.^
Kita banyak melihat pria dan wanita di drama drama Korea, suite lengkap naik Subway. Ya, kita sering denger si perihal mereka yang modis itu, tapi menyaksikan sendiri orang berpakaian formal lengkap lari lari kejar kereta di stasiun itu sedikit culture shock.
Ini kenapa saya tidak pernah tertarik mengikuti travel agent. Saya menikmati semua yang bisa dilihat dimata saya selama perjalanan. Semua teratur dan semua diatur.

Stasiun Subway.
Saya tidak akan lupa tangga-tangga itu...
Saya rasa salah satu jawaban kenapa banyak wanita dan pria di Korea tetap langsing itu karena mereka dipaksa untuk olahraga oleh semua fasilitas yang disediakan.
Yang saya ingat tentang Stasiun subway adalah Tangga, tangga, tangga, lorong panjang, tangga, lorong, tangga.. baru pintu exit.
Memang segalanya mudah karena direction yang jelas. Tapi tangga-tangga ituuuh... benar-benar buat kami berolahraga.

We were rushing in Seoul
Rasanya kalau melihat orang berlari di stasiun Seoul itu sudah sangat biasa bagi merekea-mereka warga seoul. Saya sampai melihat tulisan “Do Not Run” di stasiun Subway.
Hari pertama kami tiba di Seoul jam 10 pagi. Hari itu kami langsung ke Guest house yang sengaja kita pesan dekat dengan Seoul Station. Kenapa dekat Seoul Station? Karena Seoul Station merupakan salah satu stasiun besar yang kami rasa akan mudah kalau nanti kita nyasar. Tinggal bilang “Seoul Station”. Seoul Station juga dilewati oleh AREX (Airport Transportation). Selain itu, harganya tidak terlalu mahal, tapi ya biasa aja sih tempatnya.
Dihari pertama kami mengunjungi enam tempat.
Iya... Enam tempat, badan rasanya tidak berasa, tidak berasa lapar ataupun lelah. Bahkan merasa jet lag karena dua jam perbedaan waktu saja rasanya kami tidak sempat. Haha, walau terkesan dikejar anjing. Kami menikmatinya kok.

Kita ke Gyeongbokgung Palace.
Istana yang terkenal di Seoul, rasanya semua blog bercerita tentang Seoul sudah banyak bercerita tentang tempat ini. Dan ya, sama seperti yang mereka ceritakan. Percis. Megahnya dan juga nuansa drama Jang Geum banyak ditemukan disini. But well, for me, tample is only tample, bener deh, aku lebih suka Borobudur atau Prambanan ^.^.
Kita yang rajin pakai timer kamera,

gedung utamanya kalau ga salah

yey... Turis

Tipe tipe bangunan sekitar Gyeongbokgung Palace

ini Saya... ^.^


Hanok Village,
Buat saya, yang menarik itu bukan Hanok Villagenya, tetapi perjalanan menemukan Hanok Villagenya. Diantara panas yang menyengat dahi, beneran deh ya Seoul itu Panas. Dingin tapi panas, panas tapi dingin, ya entahlah ya. Yang jelas diantara rasa antah berantah itu kami berputar dan berjalan lama untuk menemukan Hanok Village dan kita menemukaaan,,,

Chazaaa...
Ice cream yogurt seharga 3000 won atau empat puluh ribu sekian rupiah.
 The best ice cream in Korea (For Us lho ya)
Saya yang mulai terlihat lelah di depan salah satu bangunan Hanok Village
Huah, kita memang ga menemukan eskrim panjang 30 cm, tapi es krim ini worthed to try guys. Rasanya ga manis banget, tapi soft, tapi ga lembek tapi enak. Harganya? 3000 won. Ini ni, rasanya murah denger tiga ribu won. Tapi pas udah ngadem di bawah pohon maple diitung, tiga ribu won itu kalo di rupiahkan jadi empat puluh ribu sekian jadi ketawa sendiri. But well, it still worthed.

Cheonggyecheon stream
Cheonggyecheon Stream pada tanggal 10 Mei 2015 itu seperti oase bagi saya. Airnya bening, bersih, astaga tempat sesimple itu bisa membuat saya menikmati daripada megahnya Gyeongbokgung Palace. Well everybody have different happiness, hehe.

Dari dulu saya sering baca artikel tentang sungai tengah kota ini dan selalu kagum dengan pemerintah Korea yang bisa membuat sungai kotor tengah kota bukan hanya tempat wisata tapi warga setempat bisa refreshing disini pulang kerja, atau minggat sebentar dari kantor buat masukin kaki ke sungai ini. Rasanya Nyoooos buuuk...!!!. Intinya tempat ini bukan hanya pajangan, tapi emang fungsional bagi jiwa raga dan pikiran.
Seandainya kota di Indonesia ada sungai sebersih dan sejernih ini, pasti ga banyak orang stress ^.^



Kita sempet bingung, bingung lama sebenernya. Karena pas liat peta di pinggir jalan kok kita sudah jalan jauh dari Gyeongbokgung Palace, rasanya seperti mau balik lagi jauh, mau pulang ke Guesthouse juga nanggung.

Lalu lewatlah mas baik hati yang stylish tapi lupa kita foto karena kaki dan otak kita sudah tidak sinkron saat itu. Mas baik hati itu mencarikan taksi dan bilang sama taksinya kita pengen ke cheonggyechon stream dan bilang sama abang taksinya untuk jagain kita berdua. hehe

Jogyesa Tample
It was Tari favorite, Tari always love flower and Lampion. Hehe...
Harusnya festival lampionnya masih beberapa hari kemudian, tapi kami beruntung bisa nonton rehersal dan melihat indahnya lampion lampion yang sudah terpasang rapi. Kami juga dapat teh gratis lho, teh apalah itu namanya, pokoknya tehnya ditaro di tempat bening dan ada bunga ngambangnya. Saya sempat tanya, tapi saya lupa namanya.

Jiwa yang ingin mengeksplore tapi raga yang lelah... ^.^
Tapi ya, this place was adorable, nuansanya banyak orang ramah yang menyambut kita. Tempat ini hampir gagal kami kunjungi, setelah lelahnya mencari sungai tengah kota itu, rasanya ingin segera balik ke guesthouse saja. Tapi diperjalanan kami menuju cheonggyechon stream kami melewati ribuan lampion itu dan Tari langsung bersemangat untuk kesitu, saya? Saya sudah pasrah saat itu, ga bilang iya, ga bilang enggak. Tapi healing power dari cheonggyechon stream akhirnya membuat saya bilang YES. Dan kita jalan balik lagi ke Jogyesa Temple.

Namsan Tower.
Yey... NAMSAN TOWER. The Icon of the City.
Selesai dari Jogyesa Temple kami pulang ke Guesthouse, bebenah diri dan hati yang acak-acakan setelah naik pesawat 6 jam ditambah transit 3 jam di Kuala Lumpur ditambah penerbangan 3 jam jakarta – Kuala lumpur.

Next Destination, Namsan. Tempat yang saya sering lihat di Runningman dan drama-drama ituh. Tower ini menarik, tapi mahal. Saya dan Tari tidak pernah bahas tentang tower ini, Tari Cuma bilang ingin lihat gembok gembok cinta cintaannya Namsan Tower. Saya sendiri merasa ini sekedar destinasi wajib Seoul. Sesampainya di sana, ternyata kami satu pikiran, sama sama berfikir naik ke Namsan tower itu mahal, jadi foto-foto aja kita. Hehe.

ketemu turis Malaysia di bis menuju Namsan, keren... dia liburan bawa dua anak lho

Gembok gembok ini ni yang bikin kita kesini, ada Kim So Hyun juga lho. Bannernya maksudnya

Baguskan towernyaa, Biru menyala

saya dan boneka yang mahal banget ituh.

Tari dan Gembok gembok ituh
Tapi ini worthed lho, jadi kalo ke Seoul jangan sampai ga ketempat ini. ^.^

Perjalanan ke sini tanpa internet connection, tapi entah berapa kali saya browsing tempat ini, jadi hapal distasiun mana kita harus berhenti. Tapi... penjelasan di internet itu singkat, tapi perjalanan dan jarak tidak ada yang singkat, jadi tetap aja bingung.
Keluar dari stasiun Chungmuro (Exit 2) kami harus mencari bus stop yang sebenernya deket tapi gak keliatan, mungkin bus stop itu ada di blind point atau mungkin kita yang ga pinter pinter sama jalan Seoul, tapi ga masalah, masih hari pertama kok.

Akhirnya kita menjatuhkan pilihan pada mas tampan nan baik hati yang stylish pastinya 
karena dia pakai baju pink ^.^. Happy banget ketemu mas ini, dia helpful dan fasih englishnya.

Coffee Prince Cafe.

Setelah puas dengan Namsan tower, kita menuju tempat yang sangat spesial. Sangat Spesial untuk Sahabat saya. Coffee Prince Cafe.

Ingat dong sama Eun Chan di Drama Coffee Prince. Drama itu sangat memorial bagi Tari. Dari awal dia bilang pengen banget ke cafe ini.

Saya :“Tapi katanya kafe ini mahal lho Tar”
Tari :”Kita pesen kopi paling murah aja, yang penting poto poto”

Sampe Kafe.

Saya : “Kamu pesen apa tar?”
Tari : “Pesen yang paling mahal ajalah, udah jauh-jauh sampe sini juga”
Ya begitulah kami.
^.^

Well..
Banyak blog bilang kalau kafe ini sulit ditemukan, bahkan ada satu  blog yang saya baca penulisnya menyerah dan pergi sebelum menemukan Kafe ini. Saya akan menjadi salah satu blogger yang bilang menemukan kafe ini itu sulit, tapi kami berhasil menemukannya.

Berikut kisahnya.

Dari namsan Tower kami naik bis and we have no idea harus turun dimana. Tiba-tiba jeng jeng!!!! Kita turun di dekat Seoul Station, didekat penginapan kita. Ngapain coba tadi kita lari-lari ke Subway Chungmuro kalo ada bis langsung ke Namsan Tower. Tapi gapapa, kan udah ketemu mas pink stylish nan baik hati itu.
Karena 1st Prince Cafe itu tutup jam 10 malam, kami lari. Iya... Lari, bukan jalan cepet, kita beneran lari di seoul station, setelah pagi kami bingung liat orang Lari lari kejar kereta untuk masuk kerja, kita malem lari di Seoul Station buat minum kopi, luar biasa. Saya merasa antara takut kafe tutup, konyol, lucu dan ketawa ga jelas, perjalanan dari pintu masuk sampai ke AREX menuju hongik itu adalah perjalanan stasiun terpanjang kami.

Keluar stasiun Hongik, kami masih harus mencari jalan sesuai dengan direction yang ada di buku Tari. Ternyata bung, hal itu tidak cukup untuk menemukan kafe legendaris ini. Tak ambil pusing, bagi kalian yang ingin ke tempat ini. Pilihan termudah dan tercepat adalah 

BERTANYA.

BERTANYA.. BERTANYA DAN BERTANYA LAGI. Setiap tikungan kita bertanya, sambil jalan setengah berlari. Kadang saya dan Tari tanya dengan orang yang berbeda diwaktu yang sama. Jadi udah ga dua orang nanya satu orang, kita berdua seperti dikejar waktu. 

Sampai akhirnya chazaaa...

Coffee Prince Cafe.
Lelah yang bukan gaya, lelah yang lelah...

But we got it, yang suka nonton Eun Chan, familiar pasti sama background itu.


Kita sampai, dan disitu kita merasa lelah, lelah yang bahagia, seperti itukah para juara lari marathon setelah mencapai garis finish?

Saya sudah banyak melihat review tentang kafe ini, di tripadvisor ulasannya hampir semua buruk, pelayanannya, harga makanannya. Ya emang iya si mahal, ini kafe termahal kita selama di korea, bahkan mengalahkan harga makanan di kafe nya Abang Leeteuk yang konon katanya kopi impor Hawaii, but for us, it didnt matter. Toh udah sampe korea, masa gini aja dibuat pusing.

Hanya ada pasangan suami istri disini, Kita dilayani oleh si suami, ya beliau tidak yang ramah banget, tapi ga yang jutek juga kok. Atau emang kita berdua udah mati rasa dan ga peka dijutekin gara-gara habis marathon. Hehe.

Kalo emang suka sama Coffee prince, ga usah takut sama review review jelek. Dateng aja kesini. Contoh si Tari, udah saya cekokin sama review jelek, dia tetap ga gentar untuk ketempat ini. Nice kok. ^.^

Keluar dari Kafe, kami bertemu rombongan turis muda indonesia atau malaysia saya lupa. Mereka terlihat lelah dan senyum pada kita. Lalu mereka bertanya "Susah kah menemukan kafe ini tadi?"
kami kompak tertawa mengiyakan, rasanya kami senasib. Demi Coffee Prince ini.

0 komentar:

Posting Komentar