Minggu, 29 April 2012

Survey Cepat "Dampak Perlambatan Ekonomi Dunia terhadap Kinerja UMKM Tahun 2012" merupakan survey ketiga setelah survey pengetahuan Korupsi KPK dan Survey Kelayakan BPR di Tanggung Harjo, Grobogan tahun ini. Survey ini diadakan oleh Badan Kebijakan Fiskal langsung dari Kementrian Keuangan RI. Dua survey terakhir berhubungan dengan usaha masyarakat dan modal serta bank-bank yang memberikan kredit pada masyarakat. Banyak hal yang dapat dipetik dari momen survey di kehidupan masyarakat.

Tanggung Harjo adalah sebuah kecamatan kecil di Grobogan Jawa Tengah, mayoritas penduduknya adalah petani. Desa-desa disini bisa hanya memiliki fasilitas yang minim, infrastruktur seperti jalan misalnya, sangat jauh dikatakan layak. Tapi survey di tempat ini menunjukan satu hal, mayoritas penduduk di tempat ini memiliki tingkat "sadar kredit" yang tinggi. Dulu mungkin pinjaman renternir banyak dijadikan sumber modal utama, tetapi bila ditelaah, warga ditempat ini pun memiliki sadar kredit bank tinggi. Beberapa banyak yang meminjam uang untuk modal pertanian, baik dari bank komersial, bank pemerintah atau bantuan-bantuan pemerintah lainnya. Pinjaman pun cukup besar, hingga mencapai puluhan juta rupiah. Para petani ditempat ini memang banyak yang memiliki omset yang besar.

1. Masyarakat Petani banyak yang  "sadar-kredit"

Tetapi ketika ditanya profit, entah malu atau entah mengungkapkan hal sebenarnya, jawaban mereka biasanya di awali dengan " ya.. paling segini mbak, namanya juga petani...", "ya paling", "ya paling", "ya paling... ". Tingkat ya paling yang mereka ungkapkan biasanya tak sampai 20%, bahkan hanya dibawah 10%. Atau terkadang mereka menjawab "lupa mbak, ga ngitungi, yang penting modal utang ketutup, anak sekolah bisa makan". Kesimpulan lain yang dapat diambil adalah, mereka selalu berusaha untuk tahu bagaimana caranya untuk menjalankan usaha agar tetap berjalan, tanpa perhitungan yang baik sehingga perhitungan omset dan laba tidak dapat dibedakan.

2. Pembukuan yang tidak terekam dengan baik 
 
Berbeda dengan survey di Kecamatan Tanggung Harjo yang menguak tentang masyarakat dan potensi kredit di wilayah tersebut. Inti dari survey yang di lakukan oleh BKF ini adalah apakah perlambatan ekonomi global memiliki pengaruh terhadap usaha mereka?, apa yang mereka kebijakan yang mereka lakukan? dan bagaimana seharusnya pemerintah? ditempat ini hanya sempat mewawancarai enam petani dan peternak yang ada di daerah ini. Dampak perlambatan ekonomi global sama sekali hampir tidak mempengaruhi mereka secara langsung. Berbeda dengan UMKM lain yang basisnya pengolahan atau jasa. Para petani memiliki sistem sendiri, "jual cabai disini, harga jual pagi, siang dan malam itu beda mbak" ujar salah satu petani cabai yang ditemui di Bandungan. Pagi bisa Rp. 10.000, malam bisa jadi Rp. 8.000. Perbedaan harga pagi malam bisa sebesar Rp. 2.000 per kg, bila dikali dengan 1000kg cabai, maka selisihnya bisa sampai Rp. 2.000.000 dalam hitungan jam. Tidak kalah rasanya usaha cabai kiloan dengan saham di Bursa Efek. Hanya saja bukan kebijakan pemerintah ataupun krisis global yang mempengaruhi usaha mereka, tetapi musim dan tingkat panen lahan mereka. 




0 komentar:

Posting Komentar