Perjalanan tek-tok
Pelawangan Sembalun-Danau Sagara Anak-Plawangan Sembalun tidak se-lelah
perjalanan Desa Sembalun-Plawangan Sembalun di hari pertama. Mungkin tubuh
ini sudah mulai beradaptasi dengan perjalanan yang ekstrim naik turun.
Sesampainya di tenda, kita kembali membicarakan ekstrim-nya perjalanan hari
itu. Saya sempat bertanya-tanya, kira-kira Abu ada Plan B gak
ya untuk jaga-jaga kalau ternyata saya tidak kuat nanjak ke Plawangan Sembalun.
Tapi ternyata kita sampai dengan sehat, utuh dan tidak selelah hari pertama.
Makan malam disajikan,
saya lupa menu-nya apa, tapi yang pasti kami lapar dan menghabiskan makanan
itu. Selesai makan, kami jalan keluar tenda menuju tanah lapang di Plawangan
Sembalun bersama Sora yang ceria. Dia bawa-bawa tikar menemani kami untuk
menikmati milkyway yang dijanjikan.
Sisa cahaya matahari terbenam di malam ke - 2 |
Dalam menentukan
perjalanan ini, saya memastikan tanggal tersebut bulan sedang tidak terlalu
terang (bulan sabit), sebenarnya lebih bagus lagi kalau masih bulan kosong
(tidak ada bulan sama sekali) tapi saat itu pesawat air asia belum buka
penerbangan Jakarta-Lombok. Jadinya ya sudah, saat bulan sabit pun kita bisa
menikmati milkyway.
Malam itu Rinjani seperti
mendukung kami, karena udaranya tidak sedingin malam pertama, angin bersahabat
dan paling penting langit sedang cerah saat itu.
Bulan ini semakin malam semakin turun, kami duduk menunggu bulan ini turun dan cahaya milkyway semakin terlihat jelas |
Kami duduk, setting kamera dan
bercerita tentang rinjani dulu, rinjani sekarang, tentang Sora dan Abu yang
tahu betul Rinjani, tentang indahnya milkyway dihadapan kita dan yang selalu
kami kagumi saat melihat milkyway adalah betapa kecilnya kita ini diantara
tatanan semesta.
Bulan sudah turun, tapi belum sempurna, sehingga menimbulkan cahaya biru dibalik bukit-bukit itu. |
Kami ingat dulu di Waerebo kita bangun
jam 3 pagi untuk menikmati milkyway, tapi kali ini jam 10 malam kami turun lagi
ke tenda untuk istirahat dengan perasaan puas, kondisi di Rinjani tentu beda
dengan Desa Waerebo, jadi kita tahu diri untuk merasa cukup, selain itu kami
butuh mempersiapkan badan untuk perjalanan turun besok pagi.
0 komentar:
Posting Komentar