Setelah euphoria pemandangan malam, tibalah hari
dimana kami harus bersiap pulang. Sekali lagi kami berjalan menuju tanah lapang
di Plawangan Sembalun, tempat yang sama dimalam sebelumnya kami menikmati
milkyway, pagi itu kami kembali menikmati sunrise dengan senyum lebar. Bersama
Sora dan Abu kita foto-foto dan menikmati pagi terakhir di Plawangan Sembalun.
Sunrise hari ke-2 |
Sunrise Plawangan Sembalun |
Sekitar pukul 8 pagi, kami telah selesai sarapan
dan siap turun ke Desa Sembalun. Kami berdua dan Abu berjalan lebih dulu
sementara para porter beres-beres tenda. Saya memandang sekali lagi Plawangan
Sembalun dan Danau Sagara Anak, rasanya masih ingin tinggal disitu. Rasanya
masih kurang main dan memandang pemandangan indah itu. Tapi kami harus pulang
hari itu.
Abu memperkirakan kita butuh 5 jam untuk turun ke
Desa Sembalun, tapi kami butuh 8 jam. Semula saya pikir turun itu ya
tinggal turun, tapi mental-bukan-pendaki saya ternyata punya pengaruh besar.
Medan yang curam membuat kaki dan pikiran saya penuh dengan “takut jatuh”, “takut
keplosok”, “takut kejurang” dan ketakutan lainnya. Itu membuat saya harus
benar-benar memperhatikan langkah. Sedangkan Abu yang emang “kantornya” di
Rinjani berjalan dengan pasti dan cepat.
Diperjalanan turun, saya sering merasa merangkak
karena takut jatuh, kaki saya juga pendek, jadi kadang tidak cukup kalau
melangkah dengan posisi berdiri sempurna. Pos 5, Pos 4 dan Pos 3 berlalu dengan
rasa yang lebih cepat, saya jadi cukup percaya diri untuk cepat sampai. Dari
Pos 3 ke Pos 2 terasa sangat panjang. Setiap melewati turunan curam, saya
mikir, emang berangkat lewat sini ya?
Sampai Pos 2 kami makan siang dan istriahat, kami
sampai sekitar pukul 12.30, saya buka sepatu dan kaki pada lecet dan perih.
Istirahat di Pos 2 ini cukup lama karena saya pikir tinggal Pos 1, hutan dan
selesai, jadi saya berencana untuk lanjut dan tidak berhenti di Pos 1.
Setelah makan siang, kami terus berjalan dan
sesuai rencana tidak berhenti di Pos 1, seingat saya dari Pos 1 ke pos mulai
Rinjani itu dekat, tapi ternyata saya lupa itu cukup jauh. Kaki rasanya mati
rasa, pace-nya sudah pas, gak bisa di nego, yang paling penting tetep berayun
dan sampai.
Kami lanjut ke Pos 1 lalu ke hutan dan saya menemukan tempat
dimana saya mengalami stress dan dapet jackpot alias mun**h. Saya senyum
sendiri diantara kelelahan ini. Waktu hari pertama Abu bilang gak yakin saya
bisa sampai ke Plawangan Sembalun, tapi ternyata hari ketiga ini saya sudah hampir
sampai ke Desa Sembalun untuk pulang.
Menjelang pukul 4 sore kami sampai ke Desa
Sembalun, Mas Agus jemput kami dan diantar ke rumah warga untuk bersih-bersih,
para porter yang tadi buatkan makan siang di Pos 2 sudah duduk santai menunggu
kami.
Setelah selesai membersihkan diri, kami diantar ke
Mataram dan itu merupakan bagian terakhir dari perjalanan private trip yang
tidak terlupakan.
0 komentar:
Posting Komentar